Bhagawat githa
Dalam perang Baratayudha, Arjuna menjadi senopati Agung Pandawa yang berhasil membunuh banyak satria Kurawa dan juga anak buahnya. Pada saat peperangan Baratayudha tengah berlangsung, terlihat Arjuna tengah merenung dan goyah ragu. Arjuna yang baru saja kehilangan putra kesayangannya menjadi kehilangan semangat, ditambah lagi guru dan saudara-saudaranya dan bahkan musuh musuh yang ia kenal dengan baik sebelumnya. satu-persatu mereka gugur di medan Kurusetra. Pada saat itu Arjuna akan menghadapi Adipati Karna, yang tidak lain adalah kakaknya sendiri yang berdiri di pihak kurawa. Melihat gelagat itu, kresna sebagai penasihat bahkan mungkin saja disebut sebagai aktor intelektual dalam perang ini menghampirinya. Setelah arjuna menyampaikan keluh kesahnya, lalu kresna berkata :
“Tak pernah ada suatu waktu dimana aku tidak ada, tidak juga kau, pun juga tidak raja raja ini. Tidak juga disana akan ada sesuatu waktu sesudah ini bahwa kita akan musnah dari hidup ini.”
“Sebagai jiwa yang melalui badan ini pada waktu kecil, muda dan tua. Begitu juga didalam masuknya kebadan yang lain, jiwa yang tenang itu tidak dipengaruhi oleh keadaan proses ini.”
“Penghuni didalam badan dari tiap tiap orang, oh Arjuna ! tidak lah dapat kita bunuh. Oleh karena itu engkau seharusnya tidak bersedih hati pada makhluk apapun.”
“Selanjutnya setialah pada kewajibanmu, engkau tidak boleh ragu-ragu, karena tidak ada kebaikan yang lebih besar dari seorang ksatria daripada peperangan yang dilakukan demi karena kewajiban. Camkanlah hal ini, oh Arjuna !”
“Berbahagialah para ksatria, oh Arjuna yang mendapat kesempatan untuk berperang, yang muncul tanpa dicari, karena hal itu tidak bedanya dengan pintu terbuka kesurga baginya.”
“Bila engkau tidak melaksanakan perang kebenaran ini, maka engkau akan ingkar pada kewajiban dan kehormatanmu akan cemar, serta engkau akan berdosa.”
“Disamping itu, orang akan selalu membicarakan keburukanmu dan bagi ia yang telah mendapatkan kehormatan, keburukan adalah lebih hina dari kematian.”
“Para pahlawan besar akan berpikir bahwa engkau telah lari dari peperangan disebabkan karena ketakutan dan mereka yang dahulu menyanjungmu tidak akan berbuat demikian lagi. Juga musuhmu mengecam akan keberanianmu dan akan mengatakan mengenai dirimu sesuatu yang tak pantas diucapkan. Hal apa yang lebih menyedihkan daripada ini ?”
“Jika terbunuh dimedan perang, engkau akan kesurga. Jika menang engkau akan menikmati dunia ini. Oleh karena itu, bangkitlah Arjuna, putuskanlah untuk berperang.”
“Dengan memandang sama kedukaan dan kebahagiaan, keuntungan dan kerugian, kemenangan dan kekalahan, berperanglah ! Dengan demikian engkau tidak akan berdosa.”
Lalu kresna menunjukan wujud aslinya (kresna merupakan titisan wisnu dalam kepercayaan Hindu).
“Lihatlah bentuk-Ku, beratus kali lipat, beribu kali lipat, bermacam corak suci, bermacam warna dan bentuk. Akan tetapi engkau tidak dapat melihat Aku dengan mata manusiamu. Aku akan memberikan padamu mata yang berkekuatan luar biasa. Kemudian lihatlah kekuatan suci-Ku.”
Berubahlah kresna menjadi sosok yang sangat besar bertangan seribu dan membawa cakra, senjata yang amat sakti. Berkata lah kresna kepada arjuna bahwa ia bisa saja membunuh atau mengakhiri perang ini hanya dengan sekali kibasan cakranya. namun ini semua adalah sesuatu yang harus terjadi dengan segala takdirnya.
Keraguan Arjuna yang manusiawi itu akhirnya lenyap setelah Arjuna menerima wejangan Prabu Kresna. Sebagai titisan Batara Wisnu, Kresna berhasil memberikan motivasi kuat pada Arjuna, bahwa dalam perang tidak ada kakak dan adik, tidak ada guru dan murid, yang ada adalah lawan dan kawan. Selain itu, setiap manusia pada dasarnya hidup di dunia dengan tugas dan kewajiban masing-masing. Manusia harus melaksanakan tugas dan darmanya dengan sebaik-baiknya, tanpa menghitung untung rugi. Wejangan yang panjang lebar itu kemudian dikenal sebagai Bhagawat Ghita.
Lalu majulah Arjuna ke medan laga yang sangat berat menghadapi Adipati Karna. Dengan dilepasnya panah pasoepati yang pada akhirnya menewaskan Karna, yang tidak lain adalah kakaknya sendiri.
kalau saya seorang tentara, tentu saya akan bangga. saya terlahir mejadi seorang satria yg penuh dengan kebanggan dalam menunaikan tugas. tentu bukan tugas yg menyengsarakan orang-orang yang seharusnya dilindungi para satria itu. era ketika tentara hanya dijadikan robot pembunuh untuk melanggengkan kekuasaan telah usai dalam negeri ini. tentu tidak 100 % itu telah terjadi namun telah mengalami suatu proses yag berbeda. Kisah dari Mahabaratha ini dapat dijadikan suatu pelajaran yang berharga. betapa kewajiban seorang satria dalam membela kebenaran sangat mulianya dihadapan Tuhan.
Dan pada akhirnya semoga para tentara kita bisa tegak menunaikan tugas mulianya. tentu itu yang dicita-citakan bapak Soedirman yang sedang gundah disana.
*berbagai sumber
kalau saya seorang tentara, tentu saya akan bangga. saya terlahir mejadi seorang satria yg penuh dengan kebanggan dalam menunaikan tugas. tentu bukan tugas yg menyengsarakan orang-orang yang seharusnya dilindungi para satria itu. era ketika tentara hanya dijadikan robot pembunuh untuk melanggengkan kekuasaan telah usai dalam negeri ini. tentu tidak 100 % itu telah terjadi namun telah mengalami suatu proses yag berbeda. Kisah dari Mahabaratha ini dapat dijadikan suatu pelajaran yang berharga. betapa kewajiban seorang satria dalam membela kebenaran sangat mulianya dihadapan Tuhan.
Dan pada akhirnya semoga para tentara kita bisa tegak menunaikan tugas mulianya. tentu itu yang dicita-citakan bapak Soedirman yang sedang gundah disana.
*berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar