Selasa, 29 November 2011

AKSARA


Apabila Tuhan menghendaki, Dia akan membuat kata yang tidak berharga ini menjadi penuh manfaat. Dia akan menjadikannya bersemayam di hatimu dan menjadikan mereka amat berguna. Namun apabila Tuhan memang tidak berkenan, meskipun engkau membuat ratusan ribu kata tetap saja tidak akan masuk ke dalam hatimu. Sebab mereka akan mati dan kemudian terlupakan.

Jalalludin Rumi

Senin, 28 November 2011

Sapu UI


selamat pagi
untuk-mu pegawai outsource yang membuat bersih
dibalik seragam norak itu, penuhi semangat
sapu kan yang kotor kampus ini.
  
sebentar lagi mobil pick up datang
untuk menjemput kalian...

tegur mereka, saudaraku
dengan sapu-mu
sapu mereka saudaraku
sebelum KPK yang menyerbu

saat matahari tepat dikepala,
waktu makan tiba
bersama-sama membuka nasi bungkus
kalian adalah pahlawan kampus
walau harga keringatmu 
dibayar seharga sayur tahu

semoga Tuhan 
menambah nikmatnya rasa kopimu
melebihi rasa kopi yang ada diperpustakaan itu.
...

Senin, 14 November 2011

Onthelosophy


tenang-tenanglah anda yang bersepeda
rangka tua kokoh stang melengkung indah
alunkan dengan irama membelah jalanan
tak terlihat beban jika sedang mengayuh
tenang dan penuh wibawa


sepeda onthel ini milik mbah uti
setianya menemani nenek saya 
mengajar atau pergi kepasar
terus mengayuh agar tak jatuh
pertahankan irama walau tanpa nada
melihat terus kedepan sesekali kebelakang
agar terus berjalan
tak peduli tanjakan karena akan ada turunan





Sabtu, 12 November 2011

Panen Raya


bapak tua berpeluh menyeruput kopi pahit
 sepahit nasib, sehitam kulit
menunggu menuai setelah setengah mati
dalam ritual sederhana bertani
menanti musim panen kelam
bapak tua merenung dalam


 wereng dan belalang menari

bapak tua pulang,
melihat anaknya menggambar mimpi
diawal bulan Juni
ditumpukan baju seragam kusut yang cuma dua
bulat mata anaknya memang pelipur lara

besok panen raya datang
tampaknya tidak riang
karena malam ini ada tamu
seorang tengkulak coba merayu


Tak akan ada lesung bertalu

siapa mau jadi petani?
tanpanya tak ada nasi
cemas was-was selalu mendatangi


lantas siapa pelanjut tradisi?

Jumat, 11 November 2011

Tidur Usai Bekerja

Seorang petani datang dan bertanya. Jelaskan pada kami tentang Bekerja. Maka demikianlah bunyi jawabannya:
Engkau bekerja, supaya langkahmu seiring irama bumi, serta perjalanan roh jagad ini. Berpangku tangan akan menjadikanmu orang asing bagi musim, serta keluar dari barisan kehidupan sendiri, yang menderap perkasa, mega dalam ketaatannya, menuju keabadian masa. Bila engkau bekerja, engkau seperti sebatang seruling, lewat jantungnya bisikan sang waktu menjelma lagu. Siapa yang mau menjadi ilalang dungu dan bisu, bila semesta raya melagukan gita bersama ?
Selama ini kau dengar orang berkata, bahwa kerja adalah kutukan, dan susah payah merupakan nasib, takdir dan suratan. Tapi aku bisa berkata kepadamu bahwa apabila kau bekerja, engkau akan memenuhi sebagian cita-cita itu terjelma. Dengan selalu menyibukkan diri dalam kerja, hakekatnya engkau mencintai kehidupan. Mencintai kehidupan dengan bekerja adalah menyelami rahasia hidup yang paling dalam.
Namun apabila dalam derita kau sebut kelahiran sebagai siksa dan pencarian nafkah sebuah kutukan yang tercoreng di kening, maka aku akan berkata bahwa tiada lain dari cucuran keringat, yang dapat membasuh suratan nasib manusia.
Selama ini kau dengar orang berkata pula, bahwa hidup adalah kegelapan, dan dalam keletihanmu kau tirukan kata-kata mereka yang lelah. Namun aku berkata bahwa hidup memang kegelapan, kecuali jika ada dorongan. Dan semua dorongan buta belaka, kecuali jika ada pengetahuan. Dan segenap pekerjaan adalah sia-sia, kecuali jika ada kecintaan. Jikalau engkau bekerja dengan rasa cinta dan kasih, engkau akan dapat menyatukan dirimu dengan dirimu sendiri, kau satukan dirimu dengan orang lain dan sebaliknya, dan juga kau akan bisa dekatkan dirimu dengan Tuhan.
Dan apakah yang dinamakan bekerja dengan rasa cinta ? Yaitu laksana menenun kain dengan benang yang ditarik dari jantungmu, seolah-olah kekasihmulah yang akan mengenakan kain itu. Yaitu membangun rumah dengan penuh kesayangan, sebagaimana seakan-akan kekasihmulah yang akan menghuni rumah itu. Yaitu menabur bebijian dengan kemesraan dan memungut panen dengan riang, sebagaimana seolah-olah kekasihmulah yang akan memakan buah itu. Yaitu meliputi semua benda, yang kau ciptakan dengan nafas dari semangatmu sendiri. Dan ketahuilah bahwa semua roh suci yang sedang berdiri mengelilingimu, memperhatikan dan mengawasi, serta memberi restu. Seringkali kudengar kata-kata laksana menggumam dan mimpi:
“Dia yang bekerja dengan bahan pualam, dan menemukan di dalamnya yang berbentuk jiwanya sendiri, lebih tinggi martabatnya daripada dia si pembajak sawah. Dan dia yang menangkap pelangi di langit untuk dilukis warnanya, menyerupai citra manusia di atas kain, derajatnya lebih mulia dari si pembuat sandal untuk kaki kita.”
Namun aku berkata, tidak ada di dalam tidur, melainkan di saat jaga sepenuhnya, ketika matahari tinggi, bahwa angin berbisik tidak lebih mesra di pohon jati raksasa. Daripada di rerumputan yang paling kecil dan tanpa arti. Dan hanya dialah yang sungguh besar, yang mengubah suara angin, menjadi sebuah simfoni, yang makin agung karena kasih sayangnya. Kerja adalah cinta yang terwujud. Dan jika kau tiada sanggup bekerja dengan cinta, hanya dengan enggan, maka lebih baiklah engkau meninggalkannya, kemudian duduk di depan gapura candi, dan meminta sedekah dari mereka yang bekerja dengan suka cinta. Sebab bila kau memasak roti dengan rasa tertekan, maka pahitlah jadinya dan setengah mengenyangkan perutmu. Bilamana engkau menggerutu ketika memeras anggur, maka gerutumu akan menjadi racun dalam anggur itu. Dan walaupun engkau menyanyi dengan suara bidadari, namun hatimu tidak akan menyukainya, maka tertutuplah telinga manusia dari segala bunyi-bunyian siang dan malam hari. 
Kahlil Gibran: Sang Nabi.

Minggu, 06 November 2011

Selasa, 01 November 2011

Bersih


Ibu...
saya takut datangnya hari tanpa tawar
tanpa gempita ada sorak
terapung gelap penuh cekam
tidak ada api unggun 

 Bapak...
saya takut bapak tidak bisa bela saya
kilatan cahaya pasti saling sambar
melepas gandengan tangan 
tunggang langgang kita dibuatnya


lalu
saya jadi takut api
saya takut cahaya murka itu


mereka terus berteriak,
sementara bapak ibu mu mengais rezeki yang halal,
mengapa kau makan sesuatu yang bukan hakmu!?


...
mata mereka menyala